Blog Archives

Membangun Mimpi dan Harapan

Dunia anak-anak memang begitu indah dan berkesan, dimana banyaknya keceriaan ketika bermain dengan teman-temannya. Senyum dan tawa itulah yang mereka tahu karena dunia mereka belum mengenal dunia itu sangatlah keras. Membedakan antara 15-20 tahun silam, mungkin masih terdengar musik anak-anak yang begitu sederhana dan mudah diingat. Lalu ada masih adanya game zaman anak yang begitu terkenal, kalo Bahasa Sunda mah ucing sumput, tatar ucingan, bebentengan, cingciripit, pa ciwit ciwit lutung, dll. Setuju, banyak yang bilang dunia anak-anak itu sangatlah menyenangkan.

Tahun ke tahun silih berganti, dunia anak-anak semakin tenggelam oleh waktu. Faktor perkembangan dunia yang begitu mengalir cepat membuat semua semakin berbeda. Dunia orang dewasa kini menggeser dunia anak-anak yang seharusnya penuh pendidikan dan perhatian dari lingkungan sekitar. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman yang turut berperan dalam membangun karakter anak. Tidak ada yang salah akan hal ini karena ini sudah dirancang oleh Allah SWT dengan sebaik mungkin.

Berkaca pada kisah nyata yang saya alami.”Saya memiliki sahabat yang dari kecil selalu bermain bersama. Setelah beranjak dewasa, pola pikir kami berubah seiring dengan waktu dan karakter masing-masing. Faktor lingkungan menjadi hal yang berperan besar dalam membentuk karakter serta perilaku seseorang. Pada saat itu Kota Bandung sedang marak dengan adanya geng motor dan salah satu sahabat saya menjadi bagian geng motor tersebut. Semenjak saat itu, saya tidak pernah berkomunikasi dengan sahabat saya lagi karena dia sudah berubah dari segi perilaku dan saya takut terbawa olehnya. Saya tidak memiliki teman di sekitar rumah yang pada akhirnya membuat saya tidak mempunyai tempat untuk berbagi cerita, karena kami terbiasa sharing cerita dan masalah kami sehari-hari. Hal ini menjadi penyebab saya mencari teman di tempat lain. Saya akhirnya memutuskan bergabung dalam beberapa komunitas yang bergerak di bidang sosial seperti rubel sahaja (Rumah Belajar Sahabat Anak Jalanan), berbagi nasi Bandung, Rumah bintang, beruang matahari, dan sempat menjadi guru tamu di sekolah alam.” (copy paste dari pertanyaan Indonesia Mengajar XIII).

Berawal dari tidak mempunyai teman dilingkungan rumah inilah saya mendapat pelajaran berharga dari berbagai komunitas sosial di Bandung. “Saya terpikir mengapa tidak membuat rumah belajar layaknya rumah bintang  dilingkungan rumah?”. Namun saya harus belajar bagaimana membangun dari awal membuat suatu organisasi. Lalu saya mencanangkan pertengahan tahun 2018 untuk memulai proyek saya ini.

Banyak hal yang menjadi pertimbangan terutama saya menjadi tulang punggung keluarga saat ini. Namun Allah SWT berkendak lain, salah satu guru mengaji mengajak saya untuk mengajar anak-anak di akhir pekan. Lewat komunikasi media sosial kami bercerita dan pada saat itu saya sedang di Jakarta. Setelah panjang lebar berbincang, guru mengaji saya mempercayakan saya untuk mengatur seluruh kegiatan dan sistem intern yang baik. Sebenarnya sih ini PR besar bagi saya hehehe

Pulang ke Bandung, lantas saya berbincang dengan founder rumah bintang bagaimana terbentuknya rumah belajar yang mayoritas anak-anak dari lingkungan rumah. Hampir 1 jam lamanya berbincang, saya dapat sedikit pelajaran yaitu semua komponen yang ada nanti akan muncul dengan sendirinya, jalani saja mengikuti waktu. Waktu yang akan menjawab semua pertanyaan ini. Hal ini menjadi tantangan bagi saya untuk membuat lingkungan saya ini menjadi lebih baik mulai dari anak-anak.

Saya sangat berharap, proyek ini dapat berjalan dengan baik karena saya sangat ingin membangun kembali lingkungan saya yang dahulu aktif mulai dari anak-anak lewat kreatifitas dan imajinasi yang mereka punya. Harapan besar Bangsa Indonesia ada di tangan anak-anak lewat generasi ke generasi. Maka dari itu, awal proses terbentuknya rumah belajar ini memang banyak hambatan dan rintangan, namun berharap dapat belajar dari hal ini agar lebih baik kedepannya.

“we want to save the future generation of children from today until the future”